Ketua Umum Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ekspresi Iman, James E Simorangkir (Dok. Pribadi)

LPPEI: Tercemarnya Danau Toba Bukan Salah Satu Pihak, Tidak Adanya Sanitasi Jadi Alasan Logis

KOPERZONE - Ketua Umum Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ekspresi Iman (LPPEI), James E Simorangkir mengatakan, dalam merawat lingkungan hidup harus dimulai dari pembangunan karakter. 

Oleh karena itu, menurutnya dengan demikian perilaku masyarakat berubah, dari tidak peduli berubah menjadi mencintai lingkungan hidupnya dan terpanggil merawatnya. 

James mengungkap hal tersebut menanggapi pernyataan Ephorus HKBP Victor Tinambunan yang saat ini menjadi perbincangan publik. Dia mencontohkan, ada anggapan tercemarnya Danau Toba akibat kehadiran industri seperti TPL yang kemudian diusulkan ditutup. 

Anggapan seperti itu, kata James perlu penelitian dan kajian sehingga semua komponen masyarakat mendapat informasi yang objektif. 

"Kita harus jujur ​​mengakui, tidak ada tata ruang yang di Perda-kan oleh Kabupaten-Kabupaten yang ada di sekitar Danau Toba. Tidak ada larangan buangan sanitasi pemukiman langsung ke Danau Toba. Pembuangan sanitasi dari pemukiman, usaha perhotelan dan restoran ke Danau Toba justru lebih besar menyebabkan Danau Toba tercemar," terang James E Simorangkir, dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Senin (9/6/2025). 

“Belum lagi banyaknya kerambah terapung yang menggunakan pakan kimiawi untuk makanan ternak ikannya. Jadi, kita harus mengubah kultur masyarakat, membangun karakter masyarakat yang peduli pada perawatan dan pemeliharaan lingkungan,” lanjut James. 

Dia menegaskan, seluruh pemangku kepentingan di kawasan Danau Toba antara lain, industri perhotelan, restoran, pemukiman dan industri lainnya turut berkontribusi memelihara dan merawat lingkungan kehidupannya. 

Lebih lanjut James menyatakan, para pimpinan Gereja dan lembaga keumatan seharusnya intens melakukan pelatihan dan pembangunan karakter umatnya. Karena menurut James, Gereja dan lembaga keumatan bertugas dan berdamai pada pembentukan moralitas umat yang mencintai dan merawat lingkungan kehidupannya. 

“Jadi, jangan hanya memprovokasi masyarakat untuk membenci satu perusahaan yang dikatakan sebagai perusak lingkungan Danau Toba tanpa dasar penelitian yang objektif. Paradigma pengelolaan lingkungan saat ini telah berubah, dari paradigma pengelolaan dampak ke arah pengelolaan sebab,” tegas James. 

“Metode ini memerlukan kerendahan hati semua pihak untuk mau duduk bersama berdiskusi, berdiskusi dan merumuskan langkah-langkah strategi ke depan agar lingkungan hidup Danau Toba dan sekitarnya benar-benar menjadi kawasan yang manusiawi dan ramah lingkungan,” tutupnya. ***


Comment As:

Comment (0)